Secara
bahasa sunnah berarti jalan. Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu
perbuatan yg berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan.
Meskipun demikian sebagai realisasi cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam kita harus memposisikan perbuatan sunnah sejalan dengan ‘rekomendasi’ Allah “Sesungguhnya
telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” Meniru dan
meneladani seseorang adalah
manifestasi cinta. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Tidaklah
beriman salah seorang di antara kamu hingga lebih
mencintai aku daripada orang tuanya anak-anaknya dan segenap manusia.” Karena itu pertanda seberapa besar
cinta kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam di antaranya dapat diukur dengan perhatian kita dalam meneladani
tiap ucapan dan tindak tanduk beliau. Tapi ironinya karena
merasa tak akan mendapat dosa umat Islam banyak yang
meremehkan masalah-masalah sunnah. Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Ibnu
Umar Radhiallahu Anhuma yg senantiasa berusaha menerapkan tiap apa yang ia ketahui dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Hingga kini banyak masalah sunnah yang
terlupakan bahkan diremehkan oleh umat.
Adapun di antara sunnah-sunnah yang sering dilupakan dan diremehkan adalah:
1. Berkumur dan istinsyaq .
Ketika berwudhu banyak orang yang tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yang hanya berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal
dua-duanya merupakan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid
meriwayatkan tentang cara berwudhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam “berkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan
hal itu tiga kali.”
2. Berwudhu sebelum mandi dari hadats besar.
Jarang
orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan sunnah.
Dalam benak mereka yang terpikir
hanyalah bagaimana bisa menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah di
antaranya adalah
mengawali mandi tersebut dgn berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats
besar menurut tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam
hadits Aisyah Radhiallahu Anha; “Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam bila mandi dari jinabat memulai dengan mencuci kedua tapak tangannya lalu berwudhu sebagaimana
wudhu untuk shalat kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air
dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya lalu menyiram kepalanya dengan
tiga kali cidukan dari kedua tangannya lalu menyiram seluruh kulit .”
3. Mendatangi shalat dengan tenang.
Bila
iqomat telah dikumandangkan atau shalat jama’ah telah didirikan kita banyak
menyaksikan orang-orang berlarian untuk mendapatkan ruku’ bersama imam. Di samping jauh dari
sunnah perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa khusyu’ dan mengganggu
mereka yang sedang shalat. Untuk menanggulangi
hal tersebut hendaknya kita datang berjamaah lebih awal yang dengan begitu kita bisa melakukan
perbuatan sunnah yang lain. Shalat
sunnah qabliyah misalnya. Petunjuk cara mendatangi shalat berjamaah telah
diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda “Bila shalat
telah didirikan jangan mendatanginya dengan tergesa-gesa tetapi datanglah dengan
berjalan secara tenang. Apa yang
kamu dapatkan maka shalatlah dan apa yang
kamu ketinggalan darinya maka sempurnakanlah.”
4. Shalat dgn memakai sutrah .
Shalat dengan memakai sutrah sering tidak diperhatikan khususnya ketika
shalat sunnat. Hal ini tentu jauh dari sunnah. Dari Nafi’ bin Abdillah “bahwasanya
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menancapkan tombak kemudian beliau
shalat di hadapannya.”
5. Merapatkan pundak dgn pundak dan telapak kaki dgn telapak kaki dalam shaf shalat jama’ah.
Mayoritas
shaf-shaf di tiap shalat jama’ah di banyak masjid selalu kita dapati
kekurangan. Misalnya tidak lurus atau kurang rapat. Yang lebih menyedihkan ada orang yang marah bila diingatkan. Inilah potret kebodohan umat
tentang sunnah. Padahal Anas Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahwasanya Rasul
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Luruskanlah barisan-barisan kalian
sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku. Dan tiap orang dari
kami merapatkan pundaknya dengan pundak kawannya dan telapak kakinya dgn telapak kaki
kawannya.” .
Hadits di atas menegaskan bagai-mana besarnya perhatian Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam dalam soal lurus dan rapatnya barisan shalat.
6. Shalat malam/ tahajud.
Banyak
orang mengeluh dirinya sulit sekali bangun malam. Memang benar bangun malam itu
tidak mudah. Ia membutuhkan usaha dan kesabaran.
Untuk memudahkan bangun malam ikutilah nasehat-nasehat berikut ini:
Untuk memudahkan bangun malam ikutilah nasehat-nasehat berikut ini:
a. Tinggalkan maksiat dan dosa. Sebab keduanya menghalangi manusia dari keta’atan.
b. Niatlah sungguh-sungguh utk bangun
dan ikhlas karena Allah. Baik pula jika disertai do’a memohon diberi kekuatan
bangun tengah malam.
c. Bersegera tidur. Begadang malam
hanya akan membuatmu terlambat bangun. Apalagi jika tiada manfaatnya. Sekedar
ngobrol misalnya. Bahkan hingga untuk pekerjaan penting sekali-pun Anda harus membatasi
waktunya.
d. Tidak makan terlalu banyak menjelang
tidur. Makan banyak akan membuat orang malas beribadah.
e. Membaca do’a-do’a yg disunnahkan
ketika mau tidur.
f.
Meletakkan
alarm atau sejenisnya sehingga bisa bangun sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Saudaraku
usahakanlah selalu shalat malam. Mudah-mudahan do’a atau air matamu di
sepertiga malam bisa menyelamatkanmu dari siksa Neraka. Rasul Shallallahu
Alaihi Wasallam ditanya “Shalat apakah yg paling utama setelah shalat fardhu
?” Beliau menjawab “Shalat di tengah malam.” Ia bertanya “Dan
puasa apakah yang lebih
utama setelah Ramadhan ?”
Beliau menjawab “Puasa pada bulan Muharram.”
7. Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan Neraka Jahannam dari fitnah kehidupan dan kematian fitnah Dajjal dan dari dosa serta hutang.
Mohon
perlindungan tersebut diucapkan menjelang akhir do’a tasyahud dalam shalat.
Urwah bin Zubair berkata Ai’syah Radhiallahu Anha mengabarinya bahwasanya Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam dalam shalatnya berdo’a “Ya Allah sesungguhnya
aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah Dajjal dan aku
berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah sesungguhnya
aku berlindung kepadaMu dari dosa dan hutang.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Seseorang kemudian
bertanya kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam “Betapa sering engkau memohon
perlindungan dari hutang wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Sesungguhnya
orang yg berhutang itu bila berkata dusta dan bila berjanji mengkhianati.”
8. Berdo’a sebelum salam.
Abdullah bin Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq
Radhiallahu Anhu bahwasanya beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam “Ajarkanlah kepadaku do’a yg kupanjatkan dalam shalat.” Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab “Ucapkanlah “Ya Allah sesungguhnya
aku terlalu banyak menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yg mengampuni
dosa-dosa selain Engkau maka ampunilah aku dari sisiMu dan sayangilah aku.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.” kemudian
hendaknya ia memilih do’a yang
disenanginya lalu berdo’a dengannya. Do’a ini dibaca setelah do’a mohon
perlindungan selanjutnya kita membaca do’a yang kita
kehendaki. Alangkah baiknya kita membiasakan berdo’a pada waktu-waktu yang ditunjukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di
waktu yang mustajab tersebut kita meminta
kepada Allah kebaikan dunia dan akherat.
9. Shalat sunnah di rumah.
Banyak
manfaat shalat sunnah di rumah di antaranya:
a. Shalat sunnah di rumah adalah tuntunan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan
meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
b. Ia lebih menjaga keikhlasan hati dari sikap riya’ dan ingin dipuji
orang.
c. Shalat sunnah di rumah dengan sendirinya mengajarkan cara shalat
yang benar kepada anggota keluarga
terutama kepada isteri dan anak-anak.
Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Lakukanlah sebagian shalat-shalat mu di dalam rumah dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur kemudian keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk lalu shalat dua rakaat. Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat kemudian masuk dan shalat dua rakaat. Beliau shalat Isya’ bersama para Sahabat kemudian masuk rumahku lalu shalat dua rakaat.” Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam rumah. Terutama ba’diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayat pun yang mengatakan bahwa beliau pernah melakukannya di dalam masjid.”
Rujukan utama Sunan Majhulah Abdul Ilah Abdurrahman Salamah.
Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam
Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar